Legenda balap Sonny Hayes dibujuk keluar dari masa pensiun untuk memimpin tim Formula 1 yang sedang berjuang—dan membimbing pembalap muda yang hebat—sambil mengejar satu kesempatan lagi menuju kejayaan.
Sinopsis Film F1 (2025)
F1 adalah film drama olahraga asal Amerika Serikat yang disutradarai oleh Joseph Kosinski, dengan naskah karya Ehren Kruger, berdasarkan cerita yang mereka buat bersama. Film ini mengangkat kisah tentang Sonny Hayes, seorang pembalap Formula Satu yang memutuskan kembali ke dunia balap setelah pensiun, demi membantu tim milik mantan rekannya yang tengah menghadapi krisis di Kejuaraan Dunia F1. Film ini dibintangi oleh aktor seperti Brad Pitt, Damson Idris, Kerry Condon, Tobias Menzies, Kim Bodnia, dan Javier Bardem.
Proses pengembangan film dimulai pada akhir 2021 dengan keterlibatan Pitt, Kosinski, dan produser Jerry Bruckheimer—mereka sebelumnya berkolaborasi dalam Top Gun Maverick (2022). Para pemeran pendukung diumumkan pada awal 2023, sebelum syuting dimulai di Silverstone pada Juli tahun yang sama. Pengambilan gambar dilakukan di sepanjang akhir pekan Grand Prix F1 2023 dan 2024, berkolaborasi dengan FIA, badan pengatur Formula Satu. Adegan balapan di film ini diadaptasi langsung dari perlombaan sungguhan, dengan partisipasi pembalap dan tim F1 asli, termasuk Lewis Hamilton yang juga berperan sebagai produser. Musik latar diciptakan oleh Hans Zimmer, didukung sejumlah musisi lain yang berkontribusi pada soundtrack.
Film ini mengadakan pemutaran perdana di Radio City Music Hall, New York City, pada 16 Juni 2025, kemudian dirilis secara luas di AS oleh Warner Bros. Pictures pada 27 Juni, beberapa hari sebelum Grand Prix Austria 2025. Film mendapatkan sambutan positif dari kritikus dan berhasil meraih pendapatan global sebesar $510,9 juta, dengan biaya produksi antara $200 juta sampai $300 juta, menjadikannya salah satu film terlaris tahun 2025.
Cerita:
Sonny Hayes, seorang pembalap Amerika yang sudah tidak muda lagi, menolak menyerah pada masa pensiun. Ia menjalani hidup nomaden dengan van sebagai tempat tinggalnya, jarang menetap lama di suatu tempat. Pada era 1990-an, Hayes pernah membalap di Formula Satu bersama Team Lotus, namun kariernya terhenti akibat kecelakaan parah di Grand Prix Spanyol yang menyebabkan cedera serius. Setelah itu, ia terjerumus dalam kecanduan judi dan terus berpindah-pindah mengikuti berbagai ajang balap.
Setelah sukses memenangkan perlombaan 24 Hours of Daytona, Hayes mendapat tawaran dari Ruben Cervantes, mantan rekannya di Lotus dan sekarang pemilik tim F1 bernama APXGP. Cervantes membutuhkan pembalap pengganti karena salah satu pembalap utamanya tidak dapat mengikuti musim balapan. Cervantes dalam tekanan besar karena para investornya siap mengganti dia jika tim tidak menang sepanjang musim. Dengan hanya sembilan balapan tersisa, Hayes diminta untuk membantu menyelamatkan tim meski ia sendiri ragu, mengingat performa APX yang sangat buruk.
Dalam uji coba, Hayes bertemu dengan kepala tim Kaspar Smolinski, direktur teknis Kate McKenna, dan pembalap muda berbakat Joshua Pearce. Pearce merasa terancam kehilangan posisinya dan menunjukkan sikap sombong. Hayes mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan teknologi mobil F1 modern dan bahkan mengalami kecelakaan saat mencoba menyesuaikan diri. Namun Smolinski melihat potensi di dirinya dan memberi Hayes kontrak sebagai pembalap utama.
Pada balapan debutnya, Hayes tidak tampil maksimal karena kesalahan pit stop yang membuat tim terpuruk ke posisi belakang. Konflik muncul ketika Hayes melanggar perintah memberi jalan kepada Pearce, menyebabkan tabrakan. Untuk memperbaiki hubungan dengan Pearce, Hayes memanfaatkan celah aturan dengan menciptakan insiden yang memunculkan mobil pengaman, sehingga Pearce dapat mencetak poin pertama bagi tim. Pearce mulai belajar gaya balap lama Hayes, sementara Hayes menggunakan simulator modern seperti Pearce.
Hayes juga berhasil meyakinkan McKenna untuk melakukan modifikasi agar mobil lebih lincah di tikungan, sehingga performa APX meningkat dan mereka jadi tim papan tengah yang kompetitif. Saat hujan deras di Grand Prix Italia, mereka mendapat peluang menang. Hayes menyarankan Pearce menggunakan ban kering yang berisiko agar bisa naik ke posisi dua, tapi Pearce yang tidak sabar mengabaikan saran itu dan mengalami kecelakaan hebat, membuatnya absen beberapa balapan. Pearce kembali dengan tekad mengalahkan Hayes, yang sudah menganggap dirinya sebagai pemimpin tim.
Menjelang akhir musim, McKenna mengadakan permainan poker yang dimenangkan Pearce. Namun Hayes mengaku sengaja membiarkannya menang, dan kemudian menjalin hubungan romantis dengan McKenna. Namun, tuduhan kecurangan terhadap McKenna yang terkait pengembangan mobil memaksa mereka mencabut semua perbaikan, memicu kemarahan Hayes yang kemudian kecelakaan. Cervantes akhirnya memecat Hayes setelah mengetahui cedera lama Hayes berdampak permanen pada kemampuannya. Peter Banning, anggota dewan tim, mengungkapkan bahwa dia yang memalsukan laporan whistleblower untuk menjatuhkan Cervantes dan mengambil alih tim. Banning menawarkan Hayes posisi kepala tim jika mau bekerja sama.
Pada balapan terakhir di Abu Dhabi, Pearce mengakui Hayes bukan penyebab kecelakaan Italia dan bertekad lebih bertanggung jawab. Hayes menolak tawaran Banning dan meminta kesempatan terakhir dari Cervantes. FIA membebaskan McKenna dari tuduhan dan perbaikan mobil dipasang kembali. Dalam balapan, Hayes dan Pearce bekerja sama mengamankan posisi kedua dan ketiga. Hayes mengorbankan peluang menang demi membantu Pearce, tapi akhirnya Hayes sendiri memenangkan balapan setelah kecelakaan Pearce dan Lewis Hamilton, menyelamatkan karier Cervantes. Pearce menolak tawaran dari Mercedes dan memilih tetap bersama APXGP. Hayes kemudian pensiun resmi dari F1 dan menjalani hidupnya dengan ikut balapan reli kecil demi kecintaannya pada dunia balap.