13 Bombs (2023)

24 voting, rata-rata 7.0 dari 10

Sebuah organisasi berpacu dengan waktu untuk mengungkap dalang di balik penempatan 13 bom di Jakarta sebelum kota itu dilanda kekacauan.

Sinopsis Film 13 Bombs (2023)

Seorang pria bernama Arok tengah bersiap. Setelah menatap sebentar foto istri dan anaknya yang tertempel di cermin, ia keluar kamar. Di waktu bersamaan, sebuah kendaraan pengangkut uang milik negara dikawal oleh mobil polisi di jalanan ibu kota.

Di sisi lain, suasana di kantor sebuah startup teknologi bernama Indodax tengah penuh euforia. Para staf bersorak karena baru saja mendapatkan pendanaan sebesar 100 miliar dari investor. Indodax dikenal sebagai platform jual beli aset digital terbesar di Indonesia. Di antara mereka ada Oscar (pendiri), William (rekan pendiri), serta Agnes yang merupakan kekasih William.

Sementara itu, Arok mengamati iring-iringan kendaraan pengangkut uang sambil menyamar sebagai teknisi listrik. Begitu mobil target lewat, ia menembakkan RPG yang telah ia sembunyikan. Serangan itu membuat mobil terguling, menciptakan kekacauan. Orang-orang panik, dan pasukan Arok yang lain pun datang. Terjadi baku tembak hebat antara mereka dan aparat keamanan. Arok kemudian meledakkan mobil itu hingga uang berhamburan dan warga langsung berebut mengambilnya.

Insiden ini langsung ditanggapi oleh Badan Kontra Terorisme Indonesia yang dipimpin oleh Damaskus, dibantu oleh Karin, Emil, serta tim IT seperti Fajar dan Gita. Dalam waktu singkat, sistem keamanan mereka diretas. Lewat siaran langsung, Arok mengaku telah menanam 13 bom di Jakarta. Ia menuntut pembayaran 100 Bitcoin melalui Indodax. Jika permintaan tak dipenuhi, satu bom akan meledak setiap delapan jam.

Setelah siaran terputus, Damaskus menyuruh Emil menangkap Oscar dan William karena nama Indodax disebut-sebut. Keduanya ditangkap dan diinterogasi. Oscar menjelaskan bahwa platform mereka bersifat terbuka dan siapa pun bisa bertransaksi, termasuk Arok. Ia juga menjelaskan bahwa Bitcoin bersifat anonim, sehingga sulit dilacak. Oscar pun bersedia mengirimkan 100 Bitcoin dari miliknya untuk menghentikan teror.

Bitcoin tersebut langsung diproses oleh ahli IT Arok, Waluyo. Sementara tim kontra terorisme menelusuri aktivitas digital untuk menemukan lokasi pencairan Bitcoin. Mereka berhasil melacaknya ke lantai 8 sebuah gedung. Emil dan tim dikerahkan ke lokasi, namun tempat itu ternyata kosong. Tak lama setelah itu, dua bom meledak di area berbeda. Arok pun diketahui telah melarikan diri.

Damaskus marah besar. Ia mendesak Oscar dan William untuk bekerja sama atau mereka akan dijerat kasus pencucian uang terkait dana 100 miliar. Oscar dan William akhirnya diizinkan kembali ke kantor Indodax untuk mengambil laptop dan menghubungi keluarga, didampingi oleh Karin dan Gita.

Setiba di kantor, mereka menyadari bahwa ponsel yang diberikan Karin kemungkinan sudah dipasangi penyadap. Mereka pun memutar rekaman video agar percakapan mereka tak terdengar. Sebuah tautan muncul di komputer mereka, yang setelah diverifikasi menghubungkan mereka dengan Arok. Arok menyampaikan bahwa ia sebenarnya “teman” mereka.

Menyadari bahwa mereka dijebak, Oscar dan William berniat kabur. Karin mengetahui hal itu setelah mendeteksi sinyal aneh, namun gagal menghentikan mereka. Setelah pelarian tersebut, bom ketiga meledak di kereta MRT. Oscar dan William yang sedang melarikan diri akhirnya mencuri laptop agar bisa masuk ke sistem Indodax dan mencari tahu lebih jauh.

Dari petunjuk yang mereka temukan, Arok menggunakan referensi tanggal bersejarah dalam dunia Bitcoin—Pizza Day (22 Mei 2010)—yang mengarahkan mereka ke sebuah gereja di Jakarta. Di saat yang sama, Karin yang telah diskors memilih bertindak sendiri dan bersenjata lengkap kembali memburu mereka.

Oscar dan William pergi ke gereja bersama Agnes, yang diminta menunggu di luar. Di dalam, mereka ditangkap oleh anak buah Arok dan dibawa ke markas. Agnes kemudian menghubungi Karin untuk memberi tahu keberadaan mereka.

Di markas Arok, mereka mengenali Arok sebagai seseorang yang pernah hadir di awal pembentukan Indodax. Ternyata, motivasi Arok adalah balas dendam atas kematian keluarganya yang menjadi korban korupsi sistem keuangan. Ia berencana meledakkan bandara. Waluyo yang tak setuju mulai diam-diam membantu Oscar dan William menonaktifkan bom-bom.

Ketiganya berhasil menjinakkan sebagian besar bom, namun Arok mengetahui dan mengancam Waluyo. Waluyo sempat kabur dan kembali bergabung dengan Oscar dan William. Mereka menemukan bahwa bom ke-13 bukan fisik, melainkan malware yang membutuhkan superkomputer milik Badan Kontra Terorisme untuk diaktifkan.

Tim Damaskus menangkap sinyal aktivitas mencurigakan di sebuah pabrik tua. Mereka menyerbu tempat tersebut. Di lokasi, Waluyo tertembak dan tewas saat membantu Oscar dan William kabur. Oscar menghubungi Karin untuk meminta bantuan.

Karin dan Agnes menuju lokasi, dan setelah menemukan Oscar dan William, mereka bersama-sama keluar. Sementara itu, pasukan Emil dan kepolisian menghadapi perlawanan dari Arok dan anak buahnya. Dalam kekacauan tersebut, Gita ternyata membelot. Ia adalah adik ipar Arok yang juga ingin membalas dendam. Gita membunuh rekan-rekannya dan menerima flashdisk malware dari Arok untuk disebarkan.

Gita menuju kantor dan membunuh staf IT yang mencoba menghalanginya. Sementara itu, Karin dan tim mengejar. Mereka menemukan korban-korban di kantor dan langsung menuju ruang server. Karin berusaha menyadarkan Gita, namun gagal. Agnes terpaksa menembaknya untuk menghentikan aksinya.

Oscar dan William berhasil menggagalkan penyebaran malware. Di tempat lain, Damaskus menghadapi Arok yang berusaha merebut senjata. Dalam duel singkat, Damaskus menembak mati Arok.

Dengan kerja sama tim dan pengorbanan banyak pihak, ancaman besar akhirnya berhasil dihentikan.

Diposting pada:
Dilihat:26
Tagline:Indonesia’s Biggest Action Film This Year.
Kualitas:
Tahun:
Durasi: 143 Min
Rilis:
Bahasa:Bahasa indonesia
Anggaran:$ 4.600.000,00
Pendapatan:$ 2.466.863,00