Ambar dan Dika baru saja memulai babak baru dalam hidup mereka ketika dendam bertahun-tahun terhadap entitas jahat terungkap di depan mata mereka. Dengan bakat yang ia miliki tanpa disadari, Ambar kini terpaksa menuntaskan dendam entitas tersebut, roh Belanda tanpa kepala, Ivanna.
Sinopsis Film
Tahun 1943
Di masa pendudukan Jepang, sekelompok tentara menyerbu rumah sebuah keluarga Belanda. Seluruh penghuni dibantai, sementara Ivanna (Sonia Alyssa), putri keluarga tersebut, memerintahkan para pembantunya untuk segera melarikan diri. Ia mencoba memohon belas kasihan pada Matsuya, sang komandan pasukan, namun malah dicekik. Saiful, kekasih Ivanna, muncul dan memukul Matsuya dengan batu sebelum mengajak Ivanna kabur. Saat mereka berlari, Matsuya bangkit dan menembakkan pistolnya.
Tahun 1993
Ambar (Caitlin Halderman), seorang gadis dengan gangguan penglihatan namun memiliki kemampuan melihat hal gaib, bepergian bersama adiknya, Dika (Jovarel Callum), menuju sebuah panti jompo di pedalaman Bandung milik sahabat mendiang ibu mereka. Setibanya di sana, mereka disambut Agus dan ibunya, Bi Wati. Karena menjelang Lebaran, sebagian besar penghuni sudah pulang ke keluarganya. Yang tersisa hanya Nenek Ani, Oma Ida, dan Kakek Farid, serta perawat bernama Rina.
Tak lama, Bi Wati berpamitan pergi, dan datanglah Arthur, cucu Oma Ida, yang langsung berkenalan dengan Ambar. Saat bermain frisbee bersama Kakek Farid di halaman, Dika tanpa sengaja melemparkan frisbee ke bangunan paviliun kosong di sebelah panti. Arthur dan Dika mencoba mengambilnya, tetapi hujan deras memaksa mereka masuk ke dalam. Ambar yang mencari adiknya menyusul, namun lantai kayu rapuh membuatnya terjatuh ke ruang bawah tanah.
Di sana, mereka menemukan patung manekin tanpa kepala. Agus datang membantu, lalu bersama Arthur mengangkat sebuah peti ke atas. Saat Ambar hendak ikut naik, patung itu seolah bergerak sendiri, namun kembali diam ketika ia menoleh. Peti tersebut berisi buku harian dan piringan hitam lagu Belanda. Meski sempat diingatkan Nenek Ani bahwa mengambil barang orang lain pamali, Arthur tetap memutar musiknya dan mereka pun berdansa. Lampu tiba-tiba padam, membuat semua orang beristirahat ke kamar masing-masing.
Malam itu, interkom panti menyala dan memicu pengalaman gaib pada Ambar: ia melihat Ivanna dan Saiful yang terluka. Sementara itu, Nenek Ani juga terganggu suara gramofon, lalu berhadapan dengan sosok misterius yang mencekiknya hingga bola matanya keluar.
Keesokan paginya, patung manekin tanpa kepala muncul di ruang tengah. Semua menyangkal telah memindahkannya. Setelah membaca buku harian Ivanna, Ambar menceritakan penglihatannya. Mereka kemudian mencari Nenek Ani yang tak kunjung muncul, hingga Ambar menemukannya tewas mengenaskan tanpa kepala di kamar mandi.
Arthur berencana membawa Oma Ida pergi, tetapi Agus mengunci panti. Polisi bernama Yudi datang menyelidiki, namun tak bisa menghubungi markas karena jaringan mati. Saat itu Dika melihat patung bergerak, lalu lampu padam lagi. Gramofon menyala, dan Ambar kembali menyaksikan masa lalu: Ivanna ternyata dikhianati oleh para pembantunya yang justru menyiksanya, lalu Matsuya memenggal kepalanya.
Saiful menyembunyikan jasad Ivanna di paviliun dan memakaikan tanah liat hingga menyerupai patung, sebelum ia sendiri tewas di tangan tentara Jepang. Setelah kilas balik itu, sosok Ivanna tanpa kepala muncul dan menyerang. Agus tewas dipenggal, diikuti Oma Ida dan Arthur. Mereka yang tersisa mencoba menghancurkan patung Ivanna dan membakar jasadnya, namun Ivanna menyerang lagi.
Pertarungan berlanjut hingga ke sumur belakang, tempat kepala Ivanna disembunyikan. Ambar dan Dika terjebak di dasar sumur bersama sosok tersebut. Dengan bantuan korek api, mereka membakar jasad Ivanna hingga arwahnya musnah.
Seminggu kemudian, saat panti sudah kosong, gramofon tua itu kembali berputar, memainkan lagu Belanda, seakan memberi tanda bahwa teror Ivanna belum benar-benar berakhir.