Edi meninggalkan pasangannya dan dua anaknya karena mantra Rini. Sebagai seorang putri yang kehilangan ayahnya, Vita berusaha mendapatkan cinta ayahnya kembali dan membawanya kembali ke keluarganya.
Sinopsis Film Sihir Pelakor (2025)
Cerita dibuka dengan suasana hangat dalam sebuah keluarga. Dwi, bocah kecil yang ceria, tengah bermain ketika ayahnya, Edi, baru saja pulang. Dengan penuh kasih, Edi menyapa Dwi dan kakaknya, Vita, sembari menasihati agar Dwi belajar lebih tegar.
Di dapur, Edi menemani Vita memasak ikan nila kuah kuning, menu kesukaannya. Ia bercerita bahwa masakan itu kerap dibuat oleh ibunya di masa lalu, lalu meminta Vita untuk mempelajarinya agar bisa meneruskan tradisi tersebut. Vita pun berjanji dengan penuh semangat.
Malam harinya, Jumiati pulang terlambat dari salon karena banyak pelanggan. Ia merasa bersalah tak sempat menemani anak-anak, namun Edi meyakinkannya bahwa kerja kerasnya adalah demi keluarga. Meski sempat menyinggung kesulitan yang mereka hadapi, Edi memilih untuk menepis kecemasan istrinya.
Keesokan paginya, Vita agak kesal saat harus mengantar Dwi latihan bola, padahal itu seharusnya tanggung jawab ayah mereka. Di sisi lain, Jumiati merasa berat hati harus bekerja di hari Minggu sementara suaminya libur. Ia merindukan masa ketika bisa sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga. Meski begitu, Edi kembali menenangkan dengan alasan bahwa usaha salon Jumiati juga penting untuk anak-anak. Bahkan, seorang pelanggan di salon memuji sikap Edi yang mendukung istrinya, sesuatu yang jarang dilakukan suami lain.
Namun, kehidupan mereka berubah ketika di tengah pertandingan bola, Vita mengeluh sakit perut dan memutuskan pulang lebih awal. Tanpa diduga, ia mendapati ayahnya tidur bersama wanita asing. Menyadari dirinya dipergoki, Edi mengancam Vita agar tidak menceritakan hal itu pada Jumiati.
Beberapa hari kemudian, Edi berpamitan dinas ke Palangkaraya selama seminggu. Akan tetapi, para tetangga mulai curiga. Mereka menyadari bahwa Edi sudah tak pernah pulang lebih dari setahun, bukan seminggu seperti yang dipikirkan keluarga. Jumiati dan anak-anak seakan berada dalam pengaruh gaib yang membuat waktu terasa berbeda, hingga akhirnya tersadar setelah ditegur para tetangga saat hajatan.
Suatu hari, Vita menemani Dwi ke salon ibunya dan tanpa sengaja melihat wanita yang pernah bersama ayahnya. Tak lama, Edi tiba-tiba kembali ke rumah. Pertanyaan Jumiati soal kepergian panjang Edi tak dijawab dengan jelas, malah dibalas dengan amarah. Ia berusaha mengambil sertifikat rumah untuk modal usaha, tetapi Jumiati menolak karena itu warisan orang tuanya.
Atas saran tetangga, Jumiati mendatangi Ustadz Ahmad. Dari sanalah terungkap bahwa Edi terkena gendam “Sabda Pandita Ratu” dari seorang wanita yang menginginkannya. Ilmu hitam itu membuat Edi tak lagi mengenali keluarganya. Selama ini, ia merasa bersama Jumiati padahal sebenarnya tinggal dengan wanita lain.
Salon Jumiati kemudian merosot, bahkan ia mulai sakit-sakitan. Salah satu karyawannya menemukan tanah merah misterius di depan salon yang diyakini sebagai media santet. Saat malam tiba, Jumiati memergoki Edi menaruh benda-benda aneh di salonnya bersama wanita selingkuhannya.
Rasa penasaran membawa Jumiati dan Vita ke kantor Edi. Di sana, mereka mendapat fakta mengejutkan: menurut data kantor, Jumiati tercatat sebagai istri pertama yang sudah meninggal dua tahun lalu, sedangkan Edi kini menikah dengan Rini Hartati.
Di luar kantor, Jumiati menuntut penjelasan, namun Edi justru balik menyalahkan Jumiati yang dianggap terlalu sibuk dengan salon. Bersama Rini, Edi pun terlibat dalam praktik pesugihan, bahkan rela menjadikan keluarga sendiri sebagai tumbal.
Sejak itu, teror mistis menghantui rumah Jumiati. Mulai dari munculnya kalajengking, hawa panas, hingga dirinya memuntahkan rambut. Ustadz Ahmad memberi amalan berupa shalat malam, zikir 40 hari, serta penyebaran garam, bawang, dan air beras mengelilingi rumah. Meski berat, perlahan kondisi Jumiati membaik setelah buhul-buhul sihir ditemukan dan dibakar.
Namun, masalah ekonomi terus menekan. Vita sempat putus sekolah karena tunggakan biaya, lalu mendatangi salon ayahnya untuk meminta bantuan. Pertemuan itu berakhir ricuh dengan pertengkaran antara Vita dan Rini.
Keadaan semakin parah saat Vita kesurupan di sekolah setelah diteror makhluk gaib di rumah. Ia dibawa ke kediaman Ustadz Ahmad untuk diruqyah. Di saat bersamaan, Edi dan Rini melakukan ritual pengorbanan kambing hitam untuk menumbalkan jiwa Vita. Doa-doa Ustadz dan para santri akhirnya menyelamatkan gadis itu.
Perjanjian Edi dengan iblis pun berbalik menghantam dirinya. Di kantor, ia didatangi sosok mengerikan hingga akhirnya jatuh dari tangga. Rini pun mengalami nasib tragis: kerasukan dan secara tak sadar menusuk wajahnya sendiri dengan gunting.
Satu dekade kemudian, Vita tumbuh dewasa menjadi guru TK, sementara Dwi sukses sebagai pemain bola. Salon Jumiati kembali ramai seperti sedia kala.
Di penghujung kisah, Vita mendatangi sebuah rumah sederhana di desa. Di sana ia menjumpai Edi yang kini lumpuh, hidup bersama Rini. Dengan penuh getir, Vita menyajikan masakan ikan nila kuah kuning—hidangan yang dulu sangat disukai ayahnya.