Siksa Kubur (2024)

60 voting, rata-rata 6.0 dari 10

Ketika tindakan kekerasan membunuh orang tuanya, Sita bersumpah untuk menghilangkan gagasan tentang siksaan supernatural setelah kematian — sebuah obsesi yang membawanya pada pencarian gelap.

SINOPSIS FILM

Sita dan Adil adalah dua remaja dari keluarga pemilik toko kue. Suatu hari, sang ayah mencoba membuat kue berbentuk buaya, tapi Sita menganggap hasilnya justru mirip ikan lele. Kehangatan keluarga mereka tercermin dari kebersamaan saat membuat dan menjual kue.

Adil, anak yang pendiam, kerap menjadi korban bullying di sekolah. Ketika teman-teman Adil datang ke toko, Sita langsung mengusir mereka. Tidak lama kemudian, tiga orang asing masuk dan memesan kue spesial. Seorang pria aneh menghampiri Adil, meminta segelas air, lalu menyerahkan kaset sambil berpesan, “Awalnya aku tidak percaya. Jangan keluar.” Adil bingung, sedangkan pria itu segera pergi.

Ternyata, tiga orang asing tersebut berniat mencuri uang di laci toko. Sita segera melapor ke orang tua mereka. Saat kedua orang tua mengejar pencuri, ledakan besar terjadi di luar toko, menewaskan mereka dan sejumlah orang sekitar. Pria yang memberikan kaset itu adalah pelaku bom bunuh diri, dan kata-katanya menjadi peringatan agar Adil tetap di dalam saat ledakan.

Sita dan Adil kemudian diperiksa polisi. Mereka mengaku hanya memberikan minum pada pria misterius itu tanpa menyebut kaset. Di luar kantor, mereka melihat banyak korban tewas akibat bom. Saat pulang, Sita memutar kaset dan terkejut mendengar suara jeritan serta teriakan “Man robuka!”, yang diyakini berasal dari penderitaan di alam kubur.

Beberapa bulan berlalu, paman mereka memasukkan Sita dan Adil ke pesantren, dan rumah mereka pun dijual. Di pesantren, mereka belajar tentang siksa kubur dan azab bagi yang durhaka. Namun, Sita mulai meragukan ajaran tersebut dan merasa agama terlalu menakut-nakuti. Ia berselisih paham dengan ustazah dan memutuskan kabur bersama Adil melalui terowongan yang terkenal angker.

Di dalam terowongan, mereka terpisah. Saat mencari Adil, Sita bertemu sosok meminta tolong dan ketakutan, lalu berlari keluar. Ustazah yang baik hati menjemputnya kembali ke pesantren. Namun, peraturan pesantren ketat; pelanggar dihukum memakai jilbab merah. Sita sempat dipaksa memakainya meski ada yang menolak.

Malamnya, Sita mendengar pertengkaran ustazah dan mengetahui pemilik pesantren berniat memperbudak Adil secara tak bermoral. Sita berusaha menyelamatkan Adil yang disekap, tapi justru ditangkap dan dikurung. Beruntung, ustazah baik hati membantu Sita melarikan diri, dan Sita berusaha mengejar mobil yang membawa Adil.

Setelah berhasil menyelamatkan Adil, mereka kembali ke terowongan dan kembali terpisah. Kali ini Sita bertemu dengan sosok menyeramkan bernama Ismail yang meminta tolong. Akhirnya, mereka berkumpul dan berhasil meloloskan diri keluar terowongan.

Tahun-tahun berlalu, Sita bekerja sebagai suster di panti jompo dan terkenal ramah. Ia berobsesi menemukan orang berdosa dan membuktikan siksa kubur itu tidak nyata. Adil bekerja mengurus jenazah dan menjelaskan bahwa siksa kubur adalah penderitaan jiwa, bukan fisik. Perbedaan keyakinan mereka menimbulkan ketegangan.

Suatu hari, Pak Wahyu, penghuni panti, enggan pulang meski anaknya memintanya. Anak-anak Pak Wahyu menuduh Sita berniat jahat, tapi Sita menanggapinya dengan tegas. Pak Wahyu ternyata adalah pemilik pesantren dulu, pelaku kebusukan yang merusak banyak santri, termasuk Adil. Sita mengungkap rahasia ini, dan keributan pun pecah saat Pak Wahyu mencoba melarikan diri, namun ia memilih mengakhiri hidup dengan tembakan.

Adil mengurus jenazah Pak Wahyu. Sita ingin ikut dikuburkan bersamanya untuk merekam pengalaman. Dalam kubur, Sita diteror oleh bisikan misterius. Ia diwawancarai TV sebagai korban bom bunuh diri dan menceritakan pengalaman horornya, tapi rekaman videonya ternyata kosong.

Ketegangan antara Sita dan Adil memuncak. Adil menuduh Sita sebagai penyebab kematian orang tua mereka karena lapor pencuri. Sita membalas bahwa Adil tidak bisa melindungi dirinya sendiri dan terlalu terobsesi dengan balas dendam.

Di panti jompo, Bu Nani, penghuni lain, mengalami kecelakaan tragis hingga meninggal dunia. Suaminya menyalahkan Sita atas kejadian tersebut. Sita pun mencoba mencari bantuan lewat ritual pemanggilan arwah yang gagal, namun terjadi kejadian aneh saat Bu Juwita yang membantu tampak kerasukan dan menyebut nama Ismail.

Sementara itu, Adil yang bekerja di kamar mayat menghadapi kejadian ganjil: suara ketukan dan hilangnya mayat yang ia mandikan. Di panti, terjadi kekerasan hingga seorang suster tewas karena takut akan siksa kubur akibat membiarkan kejahatan berlangsung. Masyarakat pun kacau karena rekaman suara tentang siksa kubur yang viral.

Dalam keadaan kalut, Sita kembali menggali kubur Pak Wahyu dan terperangkap dalam mimpi horor penuh teror dan penyiksaan jiwa. Ia bertemu Ismail dan Adil yang terluka parah. Ketika sadar, ternyata Sita masih di dalam kubur, dan menyaksikan jasad Pak Wahyu mengalami siksaan mengerikan. Ia menangis dan memohon ampun.

Adil datang dan membukakan kubur, menyelamatkan Sita, tapi dirinya terluka akibat gigitan ular berbisa.